Minggu, 29 Januari 2012

Statistik Matematika


MACAM-MACAM DISTRIBUSI PEUBAH ACAK DESKRIT
Makalah Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah
Statistik Matematika














Dosen Pengampu :
Maunah Setyawati, M.Si.

Penyusun :
Rina Nurdiana Imamah ( D94210050 )


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2010
Peubah Acak Diskrit : nilainya berupa bilangan cacah, dapat dihitung dan   terhingga. 
Misal : Banyaknya Produk yang rusak = 12 buah
            Banyak pegawai yang di-PHK   = 5 orang

BEBERAPA DISTRIBUSI KHUSUS (DISKRIT)
1.      Distribusi Seragam
Misalkan x mengalami harga-harga
x dikatakan mempunyai distribusi seragam bila
,                       i = 1, 2, 3, … , k







 



                         X1       X2         X3                                                          XK
Contoh:
Sebuah dadu dilontarkan sekali; x = mata dadu yang tampak
x = 1, 2, 3, 4, 5, 6
                         x = 1, 2, 3, 4, 5, 6
  ,                      
      =    (tidak bisa dirumuskan)

2.      Distribusi Binomial
      Usaha Bernoulli: suatu eksperimen  yang hasilnya kita klasifikasikan sebagai S (sukses) dan G (gagal) dengan dan
Contoh:
1.      Ujian pilihan ganda (4 pilihan).
Memilih mendapat jawaban benar
 dan
2.      Pengertian sukses relatif

Hiperbola


BAB II
PEMBAHASAN

A.       Definisi Hiperbola
Hiperbola adalah tempat kedudukan titik-titik yang selisih jaraknya terhadap
dua titik tertentu tetap harganya.
Catatan: dua titik tertentu itu disebut fokus hiperbola.

B.        Bagian-bagian Hiperbola
Beberapa bagian hiperbola diantaranya:
1.      Sumbu simetri
Dari gambar tampak bahwa hiperbola juga memiliki dua buah sumbu simetri, yaitu garis yang melalui titik-titik focus F1 dan F2, serta garis yang melalui titik tengah F1 dan F 2 yang tegak lurus F1F2.









a.       Sumbu simetri yang melalui titik-titik focus F1 dan F2 disebut sumbu utama atau sumbu transfersal. Sumbu utama memotong hiperbola di titik A1 dan A2, masing-masing disebut puncak hiperbola. Jadi, focus (F1 dan F2) dan kedua titik puncak (A1 dan A2) dari sebuah hiperbola terletak pada sumbu utama. Ruas garis A1A2 disebut sumbu mayor hiperbola.
b.               Sumbu simetri yang melalui titik tengah F1 dan F2 serta tegak lrus F1F2 disebut sumbu sekawan atau sumbu konjugasi. Perhatikan bahwa suatu hiperbola tidak memotong sumbu sekawan. Oleh karena itu, sumbu sekawan juga disebut sebagai sumbu imajiner sedangkan sumbu utama disebut sumbu nyata.
2.      Titik pusat hiperbola
Sumbu utama dan sumbu sekawan berpotongan di titik O disebut titik pusat hiperbola.
3.      Latus rectum
Garis yang melalui titik focus F1 dan tegak lurus sumbu utama memotong hiperbola di L1 dan L­2. Begitu pula garis yang melalui titik focus F2 dan tegak lurus sumbu utama memotong hiperbola di L1 dan L2. Ruas garis L1L1’ dan L2L2’ masing-masing disebut latus rectum hiperbola. Panjang latus rectum dapat dicari sebagai berikut. Pada gambar, latus rectumnya adalah ruas-ruas garis L1L1’ dan L2L2’. Panjang latus rectum hiperbola  dapat ditentukan sebagai berikut:
Untuk x = c, didapat
 
 
 
 
 
 

Titik-titik ujung ujung latus rectumnya adalah  dan
Panjang latus rectum = jarak titik-titik ujung latus rectum  2
Jadi, panjang latus rectum hiperbola adalah L1L1’ = L2L2’ =



C.       Eksentrisitas dan Persamaan Direktris
Hiperbola dapat didefinisikan dengan memakai sifat focus dan direktris sebagai berikut :
Definisi : “hiperbola adalah tempat kedudukan titik-titik yang perbandingan jaraknya ke titik tertentu dengan jaraknya ke garis tertentu mempunyai nilai yang tetap.” Titik tertentu dan garis tertentu disebut focus dan direktris hiperbola, nilai perbandingan tetap disebut eksentrisitas hiperbola yang nilainya e>1.
Nilai eksentrisitas dan persamaan direktris hiperbola  dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan nilai eksentrisitas dan persamaan direktris pada elips  yaitu
1.      Nilai eksentrisitas
2.      Persamaan direktris g1 dan g2

D.       Asimtot Hiperbola
Untuk memahami pengertian asimtot hiperbola, persamaan hiperbola  kita ubah sebagai berikut
Karena nilai x mendekati tak hingga, maka nilai  mendekati nol atau  mendekati 1. Dengan demikian,  mendekati   atau y mendekati . Garis-garis dengan persamaan y=  merupakan asimtot bagi grafik hiperbola  . Jadi, hiperbola   memiliki dua buah asimtot, masing – masing dengan persamaan
                                                      
E.        Persamaan Hiperbola
1.      Persamaan hiperbola berpusat di O(0,0)










F1 = (-c,0)
F2 = (c,0)
P = (x,y)
PF1 =
PF2 =
PF1 – PF2 = 2a
  = 2a
 = 2a +
 +  +
 +
 =
 kedua ruas persamaan dibagi
Oleh karena c>a, maka c2>a2 atau c2 – a2>0. Kita tetapkan nilai c2 – a2 = b2, sehingga persamaan yang terakhir itu menjadi   atau b2x2 – a2y2 = a2b2.
Persamaan hiperbola berpusat di O(0,0), focus di F1(-c,0) dan F2(c,0) dan selisih jaraknya terhadap kedua focus sama dengan 2a adalah :
b2x2 – a2y2 = a2b2
·      Titik potong hiperbola dengan sumbu koordinat.
Titik-titik potong hiperbola  dengan sumbu-sumbu koordinat dapat ditentukan sebagai berikut,
a.       Titik potong dengan sumbu X, diperoleh jika y=0.
b2x2  = a2b2
x2 = a2
x =
jadi, titik potong hiperbola  adalah A1(-a,0) dan A2(a,0). Dalam hal ini, titik-titik A1(-a,0) dan A2(a,0) bertindak sebagai titik puncak hiperbola. Ruas garis A1A2 = 2a merupakan panjang sumbu mayor.
b.      Titik potong dengan sumbu Y, diperoleh jika x=0.
-a2y2 = a2b2
y2 = -b2
oleh karena b2>0 (berarti –b2<0), maka persamaannya y2 = -b2 tidak mempunyai penyelesaian. Jadi, hiperbola  tidak berpotongan dengan sumbu Y. oleh karena itu hiperbola ini tidak memotong sumbu Y, maka sketsa grafiknya terdiri atas dua bagian (disebut cabang), yaitu cabang sebelah kiri sumbu Y dan cabang sebelah kanan sumbu Y.

2.  Persamaan Hiperbola berpusat di (h,k)




 





A1 = (h – a. k )
 
A2  = (h – a. k )
 










F1 = (h – c.k )                     F2 = (h – c.k)               dan p = (x.y)
PF1 =
PF2 =
PF1 – PF2 = 2a
  -  = 2a
  = 2a +
↔ ( x – h – c)2 + (y – k)2 = 4a2 + 4a + (x – (h +c))2 + (y – k)2
↔ x2 – 2hx – 2hc + 2cx + h2 – c2 = 4a2 – 4a + (x2 – h2 + c2 – 2hx + 2ch – 2cx)
↔ -4ch – 4cx – 4a2 = 4a
↔ cx – ch – a2 = a
↔ ( c (x – h) – a2 )2
↔ c2 (x – h)2 – 2a2c(x – h) – a4 = a2((x – (h – c))2 + (y – k)2)
↔ c2 (x – h)2 – 2a2cx + 2a2ch) + a4 = a2(x2 – 2x (h + c)2 + a2(y – k)2
↔ c2 (x – h)2 – 2a2cx + 2a2ch) + a4 = a2x2 – 2a2xh – 2a2xc + a2(h – c)2 + a2 (y – k)2
c2 (x – h)2 + 2a2ch + 2a2hx = a2x2 + a2 (h + c)2 + a2 (y – k)2 – a4
↔ c2 (x – h)2 – a2 (y – k)2 + 2a2ch + 2a2hx = a2 (h2 + 2hc + c2 ) + a2x2 – a4
↔ c2 (x – h)2 – a2 (y – k)2 + 2a2ch + 2a2hx = a2h2 + 2a2hc + a2c2 + a2x2 – a4
↔ c2 (x – h)2 – a2 (y – k)2 = a2h2 + a2c2 - 2a2hx + a2x2 – a4
↔ c2 (x – h)2 – a2 (y – k)2 = a2 (x2 – 2hx + h2) + a2 (c2 – a2)
↔ c2 (x – h)2 – a2 (y – k)2 = a2 (x – h)2 + a2(c2 – a2)
↔ c2 (x – h)2 – a2 (x – h)2 – a2(y – k)2 = a2(c2 – a2)
↔ (c2 – a2)(x – h)2 – a2(y – k)2 = a2b2
↔ b2(-x – h)2 – a2(y – k)2 = a2b2 : a2b2
  = 1

F. Contoh Soal
Diketahui hiperbola dengan persamaan  -  = 1
a.       Koordinat titik puncak, koordinat titik ujung sumbu minor, dan koordinat fokus
b.      Nilai eksentrisitas persamaan direktris dan persamaan asimtot
c.       Panjang laktus rectrum

Jawab :
 -  = 1 merupakan hiperbola horizontal dengan a2 = 16 ↔ a = 4 dan b2 = 9 ↔ b = 3. Dari hubungan b2 = c2 – a2, didapat c2 = a2 + b2.
C2 = 16 + 9 = 25 ↔ c = 5
a.       Koordinat titik puncaknya adalah A1 (-4,0) dan A2 (4,0)

Koordinat titik ujung sumbu minornya adalah B1 (0,-3) dan B2 (0,3)
koordinat fokusnya adalah F1 (-5,0) dan F2 (5,0)
b.      Nilai eksentrisitas C =  =
Persamaan direktrisnya :
g1 ≡ x = -  =  = -  dan g2 ≡ x =  =  =
Persamaan asimtotnya :
l1 ≡ y = =  dan l2 ≡ y = =




PERSAMAAN GARIS SINGGUNG HIPERBOLA
A.    Garis singgung melalui Suatu Titik pada Hiperbola
1.      Untuk hiperbola yang berpusat di O (0,0)
y
 







P (x1 , y1)
 
O
 






Sebuah garis yang melalui titik P (x1 , y1) pada hiperbola disebut garis singgung hiperbola. Persamaan garis singgung yang melalui titik P (x1 , y1) pada hiperbola  -  = 1, dapat ditentukan dengan memanfaatkan taksiran turunan.
Dimana persamaan garis singgung yang melalui titik P (x1, y1) adalah y- y1 = m (x – x1). Karena titik P (x1, y1) terletak pada hiperbola, maka nilai gradien m dapat ditentukan dengan tafsiran geometri turunan.
m =
Dengan mengambil differensial pada persamaan hiperbola  = 1 didapat :
d
↔ d  = d (1)
 = 0
  =
 x
 =
Jadi, m =  =
Subtitusi m =  ke persamaan y – y1 = m(x – x1)
y – y1 =
↔ a2y1y – a2y12 = b2x1(x – x1)
↔ a2y1y – a2y12 = b2x1x – b2x12
↔ b2x1x – a2y1y = b2x12 – a2y12 (masing-masing dibagi a2b2)
 =  -
Karena titik P (x1, y1) terletak pada hiperbola  = 1, maka berlaku  -  = 1 sehingga = 1
Jadi, persamaan garis singgung yang melalui titik P (x1, y1) pada hiperbola  = 1dapat ditentukan dengan rumus  = 1
Dengan menggunakan analisis yang sama, persamaan garis singgung yang melalui titik P (x1, y1) pada hiperbola vertikal  dapat ditentukan dengan rumus :  = 1

2.      Untuk hiperbola yang berpusat di M (h,k)


 







Persamaan garis singgung yang melalui titik P (x1, y1) pada hiperbola  -  = 1, dapat ditentukan dengan memanfaatkan taksiran turunan.
Dimana persamaan garis singgung yang melalui titik P  (x1, y1) adalah y - y1 = m  (x-x1). Karena titik P ­ (x1, y1) terletak pada hiperbola, maka nilai gradien m dapat ditentukan dengan tafsiran geometri turunan.
m =  (x1, y1)
Dengan mengambil differensial pada persamaan hiperbola  -  = 1, didapat :
 d
 d  - d  = d (1)
 dy   dx = 0
  dy =  dx
   =   
   =  x
   =  x
Jadi, m =  (,) =   x  
Subtitusi m =   x   ke persamaan y -   = m ( x )
y -   =   x  ( x )
 b2  (y  ) =  ( x )
 b2  (y  )   ( x ) = 0
    = 0
Jika kedua ruas ditambah dengan    ,  maka
        
=   
Karena titikn P (x1, y1) terletak pada hiperbola, maka
   1, sehingga
        = 1
  = 1
    = 1
    = 1
Jadi persamaan garis singgung yang melalui titik P (x1, y1) pada hiperbola vertikal    1 dapat ditentukan dengan rumus :


Rounded Rectangle:     (〖(y〗_1-k) – (y – k))/a^2  – (〖(x〗_1- h) ( x –h))/b2 = 1
 



Dengan menggunakan analisis yang sama, persamaan garis singgung yang melalui titik P (x1, y1) pada hiperbola horizontal    = 1, dapat ditentukan dengan rumus     = 1

B. Garis Singgung Hiperbola dengan Gradien Tertentu
1.      Untuk Hiperbola Yang Berpusat Di O (0,0)
            Misalkan gradien garis singgung pada hiperbola   = 1 adalah m (m tertentu atau diketahui). Persamaan garis dengan gradien m adalah m = mx + n
            Bila persamaan disubtitusikan ke dalam persamaan hiperbola =1 diperoleh
    =
     =
     =
  = 0
  = 0
Agar suatu garis menyinggung hiperbola, maka syaratnya adalah D = 0
 = 0
  = 0
  = 0
  = 0
  = 0 (dibagi
)
  = 0
 = 0
 
 
 
 
Subtitusikan   ke persamaan y = mx + n
y = mx
Rounded Rectangle:          y = mx ± √(- b^2 m^2+ a^2 )Jadi persamaan garis singgung pada hiperbola  =1 dengan gradien m adalah


Rounded Rectangle:          y = mx ± √(〖a^2 m〗^2- b^2 )            Dengan menggunakan analisis yang sama, persamaan garis singgung hiperbola  =1 dengan gradien m dapat ditentukan dengan rumus :